Senin, 13 Mei 2013

MENGATASI EMOSI ANAK YANG MELEDAK-LEDAK




                                                                                                   

Pasti anda tahu Apa emosi itu? Emosi adalah apa yang dirasakan seperti rasa marah, takut, sedih, gembira, terharu. Anak2 seperti juga orang dewasa juga mengalami perasaan2 tersebut. Emosi tsb kemudian tampil / keluar dalam bentuk ekspresi seperti murung, rewel, nangis, diam saja, agresi, banting2 barang
         Banyak orangtua dinilai masih mengabaikan emosi pada anak baik berupa rasa sedih, marah, dan bahagia sehingga tidak bisa terkelola dengan baik dan berdampak pada pembentukan mental emosionalnya.orangtua yang tidak menyadari anaknya marah atau sedih dan cenderung tidak peduli, padahal anak ketika itu butuh perhatian,Akibatnya,anak akan tumbuh jadi tertutup dan tidak bisa mengelola emosinya dengan stabil.
         Sebenarnya tidak semua anak akan menumpahkan emosi jika keinginannya tidak dipenuhi oleh orangtua atau orang terdekatnya. Sebab, karakter setiap anak pasti berbeda-beda dan memiliki cara yang berbeda pula untuk menyampaikan keinginannya
Dilihat dari penyebabnya, ledakan emosi yang muncul bisa disebabkan oleh banyak faktor.
1.      Faktor genetic : biasanya karena anak yang bersangkutan memang memiliki kepribadian yang bisa menjadi pemicu emosi yang meledak-ledak saat marah
2.      Faktor pola asuh :  biasanya karena anak yang bersangkutan kurang kasih sayang serta perhatian. Dan tumpahan emosi yang ditunjukkan saat menginginkan sesuatu inilah yang dijadikan senjata anak untuk menarik perhatian orangtuanya.
Jika cara ini berhasil dan orangtua memperhatikan mereka, maka anak akan merasa sangat puas.
3.      Faktor laingkungan:Anak cenderung meniru orang disekitarnya. jika ortu,guru,atau temannya memiliki emosi yang tidak dapat dikendalikan,maka anak akan cenderung  menirunya.misalnya jika anak sering melihat temannya melawan pada orang tua,dia akan melakukan hal yang sama.

         Sebagai orang tua, kita lebih sering bereaksi terhadap ekspresi tampilan emosi si anak, jarang langsung pada emosinya. Hal ini disebabkan karena memang emosi adalah sesuatu yang tidak terlihat sehingga sulit untuk dimengerti, selain itu perbendaharaan kata anak yang masih terbatas membuat mereka sulit untuk menjelaskan perasaannya. Tapi menghadapi ekspresi saja tidak dapat menyelesaikan masalah si anak. Diperlukan reaksi yang tepat untuk memahami dan menerima emosi yang sedang dialami si anak sehingga tidak terus tampil dalam bentuk ekspresi negatif.
          Emosi anak mirip dengan orang dewasa, tapi cara berpikir anak-anak dan orang dewasa berbeda. Anak menafsirkan peristiwa2 yang terjadi disekelilingnya dengan cara yang berbeda dengan orang dewasa. 
Beberapa contoh cara berpikir anak yang berpengaruh terhadap emosi:
·         Anak belum mampu melihat hubungan sebab akibat dari kejadian yang terjadi di luar dirinya; misalnya kalau seorang ibu mendiamkan anak yang telah melakukan kesalahan  padahal si anak belum dapat mengkaitkan diamnya si ibu dengan kesalahan yang ia lakukan, sehingga ia mengambil kesimpulan yang salah, bahwa si ibu tidak suka kepadanya.
·         Anak menganggap bila sesuatu yang buruk terjadi, hal itu merupakan hukuman atas kesalahannya. Hal ini akibat dari pola pengasuhan yang suka mengancam atau menakut-nakuti anak supaya menurut. Misalnya kalimat yang sering terlontar untuk membuat anak menurut "awas ya, kalau nakal nanti mama pergi!" saat si mama memang harus pergi lama, si anak mengira itu adalah karena kesalahannya. Anak jadi banyak menyalahkan dirinya, dan perasaan-perasaan bersalah ini sangat tidak sehat. 
·         Anak masih sulit membedakan antara kepentingan diri sendiri dan kepentingan orang lain. Misalnya anak sering kali minta dibelikan mainan, sementara orang tua merasa mainan seperti itu sudah punya banyak, untuk apa beli lagi. Padahal buat anak, mengoleksi sesuatu adalah menyenangkan, menimbulkan perasaan tertentu dimana pemenuhannya memberi kepuasan, dan tidak dinilai dari harganya. Misalnya koleksi sticker, pinsil, atau benda2 kecil lainnya.
 SOLUSI :
Orang tua perlu belajar untuk:
·         Mengendalikan / mencari alternatif perilaku negatif saat mengalami emosi negatif seperti membanting barang atau pintu saat marah karena anak akan meniru perilaku tersebut
·         Memperhatikan dan mencoba memahami emosi yang dialami anak sehingga dapat bereaksi secara tepat terhadapnya; Penting untuk anak agar merasa dimengerti, bahwa emosi yang ia rasakan tidak ditolak atau ditiadakan. Setelah ekspresinya mereda karena emosinya diterima, biasanya anak akan lebih mudah untuk diajak bicara, mengenali apa yang ia rasakan, bagaimana mengekspresikannya supaya lebih terkendali.
·         Saat mendapati anak sedang berguling-guling di lantai dan marah tak terkendali, sebaiknya orangtua belajar mengontrol emosinya dulu. Sebab, bila orangtua ikut marah atau bahkan menumpahkan kemarahannya pada anak, maka dikhawatirkan justru akan terjadi perang emosi," Pengendalian emosi orangtua juga penting dilakukan agar orangtua bisa lebih tenang dalam menghadapi anak yang sedang emosi. Sebab, saat anak emosi, anak tersebut biasanya tidak akan bisa menerima alasan atau bujukan. Tetapi justru terhadap apapun yang Anda lakukan akan direspon negatif oleh anak. Apalagi, sebenarnya anak tidak melihat apakah barang yang diinginkannya penting atau tidak. Alasan yang sebenarnya dimiliki anak adalah karena anak suka atau senang terhadap benda itu.
Salah satu cara yang bisa diambil untuk mengatasi ledakan emosi anak adalah dengan mengalihkan perhatian anak terhadap hal lainnya. orangtua bisa mengalihkan perhatian anak dengan memberikan kasih sayang, perhatian, serta perlakuan yang nyaman. Sebab, hal itulah yang sebenarnya dibutuhkan anak saat emosinya memuncak.

·         Apabila orangtua melarang anak untuk mendapatkan sesuatu hal, sebaiknya orangtua juga memberikan penjelasan yang beralasan. Karena bila larangan diberikan tanpa alasan, anak akan merasa diperlakukan tidak adil oleh orangtuanya

·         Jika permintaan yang tidak realistis, orangtua harus bisa mengatakan tidak. Meskipun anak tersebut nantinya akan menangis bahkan menangis di tempat umum. Sebab, jika orangtua tetap mengabulkan permintaan tersebut hanya karena anak menangis meraung-raung, ke depannya anak akan menjadikan hal tersebut sebagai senjata.

·         Jika anak menjadi marah besar dan mulai memukul ataupun tindakan lain yang membahayakan, bawalah dia ke tempat yang lebih aman hingga anak menjadi tenang. Katakan bahwa dia dibawa ke tempat tersebut karena tindakannya yang membahayakan.
Selama anak belum tenang, jangan memberikan nasehat atas tindakannya, tetapi fokuskan hanya untuk menenangkan dirinya. Tentunya anda mengatakannya tanpa emosi ataupun bernada memarahinya. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar